icon
×

Blefarospasme

Blefarospasme, suatu gangguan yang menyebabkan kontraksi otot tak sadar di sekitar mata, dapat menyebabkan kedutan mata yang tak terkendali. Kondisi ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari seseorang secara signifikan, membuat aktivitas sederhana seperti membaca atau mengemudi menjadi sulit. Memahami kondisi ini secara menyeluruh sangat penting bagi penderitanya dan orang-orang yang mereka sayangi.

Dalam artikel ini, kita akan membahas blefarospasme beserta gejala, penyebab, dan diagnosisnya. Kita juga akan membahas berbagai pilihan pengobatan blefarospasme, termasuk pengobatan dan pengobatan rumahan, untuk membantu mengelola kondisi ini. 

Apa itu Blefarospasme?

Blefarospasme (blefarospasme esensial jinak) adalah suatu kondisi yang menyebabkan kedutan atau kedipan mata yang tak terkendali. Kondisi ini melibatkan kontraksi otot-otot di sekitar mata yang cepat dan tak terkendali. Pada kasus yang parah, kejang ini dapat memaksa mata untuk menutup, sehingga membatasi penglihatan seseorang. Blefarospasme terutama disebabkan oleh masalah neurologis, dengan mata berperan dalam kapan dan bagaimana kejang terjadi.

Ada dua jenis utama blefarospasme:

  • Primer (Blefarospasme Esensial Jinak): Bentuk ini terjadi dengan sendirinya dan biasanya tidak berbahaya, meskipun mengganggu.
  • Sekunder: Jenis ini terjadi karena penyebab yang dapat diidentifikasi dan sering kali merupakan gejala dari kondisi lain.

Gejala Blefarospasme

Blefarospasme biasanya diawali dengan kedutan kecil pada kelopak mata yang terjadi sesekali dan frekuensinya berangsur-angsur meningkat. 

  • Gejala utamanya adalah kedipan mata yang tidak normal dan kedutan yang tidak disengaja, yang memengaruhi kedua mata secara bersamaan. 
  • Pasien sering kali mengalami penutupan mata yang dipaksakan, kesulitan membuka mata, dan peningkatan frekuensi berkedip. 
  • Gejala lainnya termasuk penglihatan kabur, sensitivitas cahaya, dan mata kering
  • Dalam kasus yang parah, kontraksi otot yang berkelanjutan dapat menyebabkan kebutaan fungsional, meskipun hal ini jarang terjadi.
  • Ciri-ciri unik blefarospasme meliputi:
    • Kejang yang tidak disengaja dan tidak terkendali
    • Kedutan tersinkronisasi pada kedua kelopak mata
    • Kejang yang berpola, bukan kejang yang acak
    • Perbaikan sementara dengan 'trik sensorik' seperti bersenandung atau menyentuh wajah
  • Gejala-gejala ini dapat memengaruhi tugas-tugas rutin seperti membaca atau mengemudi secara signifikan, sehingga diagnosis dan pengobatan dini sangat penting untuk mengelola kondisi tersebut secara efektif.

Penyebab Blefarospasme

Blefarospasme terjadi ketika kendali otak atas otot-otot kelopak mata terganggu. Para ahli meyakini hal ini disebabkan oleh masalah pada ganglia basalis, yang mengoordinasikan gerakan, atau saraf wajah (Saraf Kranial VII). Aktivitas yang tidak biasa di area ini dapat memicu atau berkontribusi terhadap blefarospasme.

Kondisi ini memiliki dua jenis utama:

Blefarospasme Primer: Bentuk ini bersifat idiopatik, yang berarti penyebab pastinya masih belum diketahui.
Blefarospasme Sekunder: Jenis ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

  • Gangguan pergerakan lainnya seperti sindrom Meige
  • Kondisi peradangan mata
  • Sensitivitas cahaya
  • Obat-obatan tertentu, terutama yang mengobati penyakit Parkinson

Walaupun blefarospasme kadang-kadang bersifat genetik, dan wanita berusia 40-60 tahun lebih rentan, dokter sering kali tidak dapat menentukan penyebab spesifik dalam kebanyakan kasus.

Faktor Risiko Blefarospasme

Beberapa faktor meningkatkan kemungkinan timbulnya blefarospasme. 

  • Usia: Kondisi ini paling umum terjadi antara usia 50 dan 70 tahun. 
  • Jenis Kelamin: Wanita memiliki kemungkinan dua hingga empat kali lebih besar untuk mengalami blefarospasme dibandingkan pria. 
  • Faktor genetik turut berperan, dengan 20% hingga 30% pasien memiliki riwayat keluarga dengan kondisi tersebut.
  • Faktor Lingkungan: Tingkat urbanisasi yang tinggi dan pekerjaan 'kerah putih' yang penuh tekanan dikaitkan dengan meningkatnya risiko. 
  • Aktivitas Tertentu: Aktivitas yang menyebabkan ketegangan mata, seperti membaca terlalu lama, menonton televisi, dan menggunakan komputer, dapat memperparah kondisi tersebut. Stres dan kelelahan dapat memicu atau memperburuk gejala blefarospasme.
  • Riwayat Medis: Trauma kepala atau wajah sebelumnya, kondisi mata seperti mata kering atau blepharitis, dan obat-obatan tertentu, terutama untuk penyakit Parkinson, dapat berkontribusi terhadap perkembangan blepharospasm. 
  • Kondisi Kesehatan Mental: Kondisi tertentu, termasuk gangguan obsesif-kompulsif, depresi & kegelisahan, juga dikaitkan dengan peningkatan risiko.

Diagnosis Blefarospasme

Mendiagnosis blefarospasme bisa jadi sulit, dan seringkali memerlukan konsultasi dengan beberapa spesialis. Dokter mata sering kali memeriksa pasien terlebih dahulu karena gejala yang berkaitan dengan mata. Ahli saraf memainkan peran penting dalam diagnosis, karena blefarospasme terutama memengaruhi sistem saraf. Proses diagnosis biasanya melibatkan pemeriksaan mata yang komprehensif, tinjauan riwayat medis, dan penilaian neurologis.

Tidak ada kriteria diagnostik definitif untuk blefarospasme. Dokter mengandalkan evaluasi klinis untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain. Ciri-ciri diagnostik utama meliputi:

  • Pengenalan kejang mata tak sadar
  • Kehadiran trik sensorik yang meredakan gejala untuk sementara
  • Meningkatnya kedipan mata
  • Ketidakmampuan untuk menekan kejang secara sukarela

Dokter terkadang dapat melakukan elektromiografi untuk mengidentifikasi keterlibatan otot, meskipun hal ini jarang dilakukan dalam praktik klinis. Pencitraan dan pemeriksaan laboratorium umumnya kurang bermanfaat dalam memastikan diagnosis.

Pengobatan Blefarospasme

Meskipun tidak ada obat untuk blefarospasme, beberapa perawatan efektif dapat membantu mengelola gejalanya. 

  • Pengobatan lini pertama yang paling umum untuk blefarospasme adalah suntikan onabotulinumtoxinA. Dokter menggunakan suntikan ini untuk melemahkan otot-otot tertentu di sekitar mata, membatasi sinyal penyebab kejang tanpa memengaruhi kedipan. Pasien biasanya menerima empat hingga delapan suntikan kecil, yang mulai bekerja dalam beberapa hari dan bertahan selama tiga hingga empat bulan.
  • Kacamata berwarna khusus dapat membantu mereka yang sensitif terhadap cahaya. Lensa FL-41, yang sering disebut "kacamata cahaya biru", menyaring panjang gelombang biru dan dapat mengurangi gejala.
  • Jika suntikan tidak berhasil, dokter mungkin menyarankan operasi. Operasi ini melibatkan penipisan otot yang terpengaruh secara permanen. Beberapa pasien menemukan kelegaan melalui akupunktur, meskipun lebih jarang.
  • Perubahan gaya hidup juga dapat membantu. Ini termasuk mengelola stres, tidur yang cukup, dan mengurangi asupan kafein. 
  • Mengobati kondisi yang mendasarinya, seperti mata kering, juga dapat meringankan gejala.

Komplikasi Blefarospasme

Blefarospasme dapat menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Gerakan kelopak mata yang tidak disengaja dapat menyulitkan penglihatan dan, dalam kasus yang parah, memaksa mata untuk menutup sepenuhnya. Kondisi ini juga dapat berkontribusi pada kesehatan mental Kekhawatiran. Banyak penderita blefarospasme merasa cemas jika mengalami serangan di depan umum, yang menyebabkan isolasi sosial dan depresi.

Komplikasi pengobatan juga dapat muncul. Suntikan toksin botulinum, pengobatan yang umum, dapat menyebabkan efek samping seperti ptosis (kelopak mata turun), diplopia (penglihatan ganda), dan penglihatan kabur. Beberapa pasien mengalami mata kering atau keratitis akibat kelemahan otot mata. Namun, komplikasi ini seringkali berkurang dengan pengobatan yang berulang.

Kapan Harus ke Dokter

Seseorang sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mata jika kelopak mata terus berkedut selama lebih dari beberapa minggu. Perhatian medis juga diperlukan jika mata tertutup sepenuhnya saat berkedut atau otot-otot wajah lainnya mulai berkedut. 

Pencegahan

Meskipun tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah blefarospasme esensial jinak, individu dapat mengambil langkah-langkah untuk mengelola gejala dan mengurangi keparahannya. 

  • Menghindari pemicu seperti cahaya terang atau mengobati kondisi yang mendasarinya seperti blefaritis atau mata kering dapat membantu mengatasi blefarospasme sekunder. 
  • Perubahan gaya hidup memainkan peran penting dalam manajemen gejala. Perubahan ini meliputi pengurangan stres, memastikan tidur yang cukup, dan membatasi asupan kafein. 
  • Menggunakan lensa berwarna atau topi dapat mengurangi sensitivitas cahaya. 
  • Beberapa orang menemukan kelegaan melalui trik sensorik, yang dapat mereka pelajari dan terapkan. 
  • Dalam kasus di mana obat menyebabkan blefarospasme, penyesuaian dosis di bawah pengawasan medis mungkin dapat memberikan kelegaan. 

Ingat, meskipun pencegahan tidak mungkin dilakukan, penanganan proaktif dapat meningkatkan kualitas hidup penderita blefarospasme secara signifikan.

Kesimpulan

Blefarospasme dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya secara signifikan, menyebabkan kesulitan dalam melakukan tugas-tugas sederhana dan berpotensi menyebabkan isolasi sosial. Memahami gejala, penyebab, dan pengobatan yang tersedia akan membantu individu mengendalikan kondisi mereka. Meskipun belum ada obatnya, berbagai pilihan penanganan, mulai dari suntikan toksin botulinum hingga perubahan gaya hidup, dapat membantu meringankan gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Diagnosis dini dan pendekatan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mengelola blefarospasme secara efektif. Penderita blefarospasme dapat mengelola kondisi mereka dengan lebih percaya diri dengan bekerja sama secara erat dengan dokter dan selalu mendapatkan informasi terbaru. Ingat, dengan perawatan dan dukungan yang tepat, banyak penderita blefarospasme menjalani kehidupan yang memuaskan, beradaptasi dengan gejala mereka, dan menemukan cara untuk tetap sehat meskipun menghadapi tantangan.

FAQ

1. Apa penyebab utama blefarospasme?

Penyebab pasti blefarospasme masih belum diketahui. Para ahli menduga masalah pada ganglia basal atau saraf wajah (Saraf Kranial VII) dapat menjadi penyebabnya. Meskipun beberapa kasus merupakan kasus turunan, dokter seringkali tidak dapat menentukan penyebab spesifiknya.

2. Apa perbedaan antara blefarospasme dan ptosis?

Blefarospasme melibatkan penutupan kelopak mata secara tidak sadar akibat kontraksi otot. Ptosis, di sisi lain, adalah kelopak mata atas yang turun akibat kelemahan otot yang mengangkatnya.

3. Bisakah blefarospasme disembuhkan?

Tidak ada obat untuk blefarospasme, tetapi pengobatan dapat mengendalikan gejalanya. Perawatan ini meliputi suntikan toksin botulinum, lensa kontak berwarna, dan, dalam beberapa kasus, operasi.

4. Apakah blefarospasme terasa nyeri?

Blefarospasme dapat menyebabkan ketidaknyamanan di sekitar mata, termasuk ketegangan dan berat pada kelopak mata. Beberapa pasien melaporkan perasaan menyipitkan mata terus-menerus.

5. Bagaimana cara mengobati blefarospasme di rumah?

Perawatan di rumah meliputi manajemen stres, tidur yang cukup, dan mengurangi asupan kafein. Beberapa orang merasa lebih nyaman dengan menggunakan lensa kontak berwarna atau topi untuk mengurangi sensitivitas terhadap cahaya.

6. Bagaimana cara menguji blefarospasme?

Diagnosis biasanya melibatkan observasi klinis oleh dokter mata atau ahli saraf. Mereka mencari tanda-tanda seperti kejang mata bilateral yang stereotipikal dan peningkatan kedipan mata.

Hubungi Kami


+91
* Dengan mengirimkan formulir ini, Anda setuju untuk menerima komunikasi dari CARE Hospitals melalui panggilan, WhatsApp, email, dan SMS.

Masih ada pertanyaan?

Telepon

+ 91-40-68106529

Temukan Rumah Sakit

Perawatan di dekat Anda, Kapan Saja