Meskipun sebagian namanya mirip dengan diabetes melitus yang lebih umum dikenal, diabetes insipidus adalah kondisi yang sama sekali berbeda yang memengaruhi cara tubuh mengelola keseimbangan cairan. Panduan ini menjelaskan diabetes insipidus, berbagai jenisnya, gejalanya, penyebabnya, dan pengobatan yang tersedia.
Diabetes insipidus adalah kondisi langka yang mengganggu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan. Gangguan ini menyebabkan penderitanya memproduksi urine dalam jumlah besar, terkadang hingga 15-20 liter per hari, dibandingkan dengan 800-2,000 mililiter pada umumnya.
Hormon antidiuretik (ADH), juga dikenal sebagai vasopresin, merupakan inti dari kondisi ini. Hormon penting ini diproduksi di hipotalamus otak dan disimpan di kelenjar pituitari. Ketika berfungsi dengan baik, ADH membantu ginjal menyeimbangkan kadar cairan dengan mengontrol jumlah air yang kembali ke aliran darah setelah disaring.
Prosesnya bekerja sebagai berikut:
Pada diabetes insipidus, tubuh tidak memproduksi cukup atau ginjal tidak menggunakan ADH secara efisien, mengganggu proses ini dan meningkatkan jumlah urine.
Empat jenis utama meliputi:
Gejala diabetes insipidus yang paling menonjol meliputi:
Penyebab mendasar dari diabetes insipidus berasal dari masalah dengan hormon antidiuretik (ADH), juga dikenal sebagai vasopresin, yang membantu mengatur kadar cairan tubuh.
Diabetes insipidus sentral terjadi karena:
Untuk Diabetes insipidus nefrogenikPemicu utamanya meliputi obat-obatan seperti litium dan tetrasiklin, serta berbagai kondisi medis. Tipe herediter disebabkan oleh mutasi pada dua gen spesifik: AVPR2 (90% kasus) dan AQP2 (10% kasus).
Diabetes insipidus dipsogenik Berkembang dari kerusakan hipotalamus akibat operasi, infeksi, atau cedera kepala. Masalah kesehatan mental, termasuk skizofrenia dan gangguan obsesif-kompulsif (OCD), juga dapat berkontribusi terhadap perkembangannya.
Diabetes insipidus gestasional, suatu kondisi sementara selama kehamilan, terjadi ketika plasenta memproduksi enzim berlebih yang memecah ADH. Wanita yang mengandung banyak bayi menghadapi risiko lebih tinggi karena peningkatan jaringan plasenta.
Beberapa faktor kunci berkontribusi terhadap peningkatan risiko terkena diabetes insipidus:
Dehidrasi, komplikasi paling serius, terjadi ketika tubuh kehilangan cairan berlebih yang tidak dapat digantikannya dengan cukup cepat. Penderita diabetes insipidus yang tidak diobati dapat mengalami gejala-gejala dehidrasi berikut:
Ketidakseimbangan elektrolit menimbulkan risiko serius lainnya, yang memengaruhi mineral penting seperti natrium dan kalium dalam darah. Ketika kadar ini terganggu, pasien dapat mengalami kelemahan, kehilangan nafsu makan, dan kebingungan. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan detak jantung tidak teratur dan komplikasi kardiovaskular lainnya jika tidak segera ditangani.
Untuk kasus ringan, cukup meningkatkan asupan air dapat membantu mencegah dehidrasi. Namun, sebagian besar pasien memerlukan pendekatan pengobatan diabetes insipidus yang lebih komprehensif:
Situasi darurat memerlukan kunjungan rumah sakit segera, terutama ketika gejala-gejala berikut muncul:
Perubahan pola makan merupakan landasan strategi pencegahan. Dokter sering menyarankan diet rendah garam dan rendah protein untuk membantu mengurangi produksi urine.
Orang dengan diabetes insipidus harus menerapkan tindakan pencegahan berikut:
Diabetes insipidus membutuhkan perhatian cermat dan penanganan medis yang tepat agar pasien dapat menjalani kehidupan normal. Penderita kondisi ini dapat mengelola gejalanya secara efektif melalui pilihan pengobatan yang tepat, pemeriksaan medis rutin, dan penyesuaian gaya hidup. Perawatan medis, hidrasi yang tepat, dan perubahan pola makan membantu sebagian besar pasien mengendalikan kondisi mereka dengan sukses.
Kadar kalium rendah sering terjadi pada diabetes insipidus. Kondisi ini dapat memengaruhi keseimbangan elektrolit tubuh, terutama ketika buang air kecil berlebihan menyebabkan hilangnya mineral. Dokter secara teratur memantau kadar kalium sebagai bagian dari manajemen pengobatan.
Kedua kondisi ini hanya memiliki nama depan yang sama, tetapi sama sekali berbeda. Diabetes insipidus memengaruhi keseimbangan cairan tubuh melalui masalah hormon antidiuretik (ADH), sementara diabetes melitus melibatkan pengaturan gula darah melalui insulin. Perbedaan utamanya meliputi:
Meskipun tidak ada obat permanen untuk diabetes insipidus, kondisi ini dapat diatasi dengan perawatan yang tepat. Beberapa kasus, seperti diabetes insipidus gestasional, dapat pulih secara alami setelah kehamilan. Kasus lainnya memerlukan penanganan berkelanjutan melalui pengobatan dan penyesuaian gaya hidup.
Dokter menggunakan beberapa metode untuk mendeteksi diabetes insipidus:
Perbedaan utamanya terletak pada penyebab yang mendasarinya. Diabetes insipidus berkaitan dengan pengaturan cairan tubuh melalui ADH, sementara diabetes melitus memengaruhi kadar gula darah melalui insulin. Penanganannya pun berbeda secara signifikan, dengan diabetes insipidus yang memerlukan pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan kemungkinan desmopresin, sementara diabetes melitus biasanya membutuhkan insulin atau obat penurun gula darah.
Diabetes insipidus dapat memengaruhi orang-orang dari segala usia. Faktor risiko meliputi cedera kepala, operasi otak, pengobatan tertentu, dan predisposisi genetik. Wanita hamil mungkin mengalami kondisi sementara, sementara beberapa orang mewarisi kondisi ini melalui mutasi gen.
Masih ada pertanyaan?