icon
×

Rabies

Rabies membunuh hampir puluhan ribu orang di seluruh dunia setiap tahun, namun banyak yang tidak menyadari keseriusannya hingga terlambat. Virus mematikan ini menyerang sistem saraf dan berakibat fatal setelah gejalanya muncul. Panduan lengkap ini menjelaskan segala hal tentang infeksi rabies, termasuk penyebab, gejala, dan berbagai pendekatan pencegahan serta pengobatan rabies.

Apa itu Rabies?

Rabies adalah penyakit virus serius yang menyerang sistem saraf pusat (SSP), dan dapat menyerang manusia dan hewan. Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies (RABV), yang terutama ditularkan melalui gigitan atau air liur hewan yang terinfeksi, dan biasanya masuk ke dalam tubuh melalui gigitan, cakaran, atau kontak dengan luka terbuka.

Kondisi yang dapat dicegah dengan vaksin muncul dalam dua bentuk berbeda: 

  • Rabies ganas, jenis rabies yang lebih umum, menyebabkan hiperaktivitas, perilaku mudah tersinggung, dan gejala khas seperti takut air (hidrofobia) dan takut udara segar (aerofobia). 
  • Rabies paralitik, yang mencakup sekitar 20% kasus pada manusia, berkembang lebih lambat dengan perkembangan otot secara bertahap kelumpuhan.

Gejala Rabies

Gejala rabies biasanya berkembang secara bertahap, dengan masa inkubasi yang dapat berkisar dari beberapa hari hingga lebih dari setahun. Namun, sebagian besar kasus menunjukkan gejala dalam 1-12 minggu setelah terpapar.

Fase awal dimulai dengan gejala-gejala yang mungkin disalahartikan sebagai penyakit umum. Pasien mengalami:

  • Demam dan sakit kepala
  • Nyeri otot dan kelelahan
  • Kehilangan selera makan
  • Rasa geli atau gatal di lokasi gigitan
  • Perasaan tidak enak badan secara umum

Saat virus berkembang ke sistem saraf pusat, virus ini bermanifestasi dalam dua bentuk yang berbeda. Rabies ganas, jenis yang lebih umum, menyebabkan:

  • Perilaku agresif
  • Agitasi dan kegelisahan
  • Halusinasi
  • Air liur yang berlebihan
  • Takut air (hidrofobia)
  • Takut angin (aerophobia)
  • Kejang dan kejang otot
  • Kedutan otot (fasikulasi)

Rabies paralitik, yang mencakup sekitar 20% kasus, menunjukkan gejala yang berbeda. Bentuk ini berkembang lebih lambat, dengan otot-otot yang secara bertahap lumpuh, dimulai dari lokasi luka. Pasien mungkin mengalami kelemahan, sensasi kesemutan, leher kaku, dan akhirnya koma.

Penyebab Penyakit Rabies

Virus rabies (RABV) terutama menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi, biasanya masuk ke dalam tubuh melalui gigitan atau ketika air liur yang terinfeksi bersentuhan dengan luka terbuka atau selaput lendir. Meskipun anjing bertanggung jawab atas 99% kasus rabies pada manusia di seluruh dunia, lanskap risikonya bervariasi berdasarkan wilayah, dengan hewan lain seperti kelelawar, rakun, atau rubah memainkan peran penting di beberapa wilayah.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit rabies:

  • Tinggal atau bepergian di negara berkembang di mana rabies lebih umum
  • Kegiatan yang melibatkan kontak dengan hewan liar, seperti penjelajahan gua
  • Paparan pekerjaan, terutama dokter hewan dan pekerja laboratorium
  • Luka di kepala atau leher yang dapat mempercepat perkembangan virus ke otak

Komplikasi Rabies

Rabies yang parah dapat menyebabkan komplikasi neurologis yang serius, termasuk:

  • Hiperaktivitas yang tidak terkendali
  • Halusinasi yang menakutkan
  • Kehilangan koordinasi secara total
  • Ketakutan yang intens terhadap air (hidrofobia)
  • Ketakutan ekstrem terhadap udara segar (aerophobia)
  • Berbagai kelainan irama jantung dan potensi gagal jantung
  • Kesulitan bernafas, kekurangan oksigen, dan pneumonia

Rabies paralitik berkembang lebih lambat, dengan otot-otot secara bertahap menjadi lumpuh dari lokasi infeksi sebelum menyebabkan koma.

Diagnosa

Mendiagnosis rabies menghadirkan tantangan tersendiri, karena tidak ada satu tes pun yang dapat memastikan infeksi sebelum gejala muncul. Dokter harus melakukan beberapa tes pada berbagai sampel untuk mencapai diagnosis pasti.

  • Antibodi Fluoresens Langsung (DFA): Tes DFA berfungsi sebagai standar emas untuk diagnosis rabies, memberikan hasil akurat dalam 1-2 jam. Tes ini memeriksa sampel jaringan otak menggunakan teknik mikroskop fluoresen khusus untuk mendeteksi keberadaan antigen virus rabies.
  • Pengujian Tambahan:
    • Analisis air liur
    • Pemeriksaan cairan tulang belakang
    • Biopsi kulit dari folikel rambut leher
    • Pengujian serum
  • Tes PCR LN34: Alat diagnostik yang lebih baru, tes ini menggunakan teknologi transkriptase balik waktu nyata untuk mendeteksi materi genetik virus. Metode inovatif ini terbukti sangat berguna untuk menguji jaringan yang telah terurai atau diawetkan yang mungkin tidak cocok untuk teknik diagnostik lainnya.

Pengobatan Rabies

Pendekatan utama adalah Profilaksis Pasca Pajanan (PEP), yang harus diberikan secepat mungkin setelah potensi pajanan.

Protokol PEP terdiri dari beberapa komponen penting:

  • Pembersihan luka segera dan menyeluruh dengan sabun dan air
  • Pemberian imunoglobulin rabies manusia (HRIG)
  • Pemberian vaksin rabies selama 14 hari

Bagi individu yang belum pernah menerima vaksinasi rabies, pengobatannya mencakup HRIG dan empat dosis vaksin rabies yang diberikan selama dua minggu. HRIG memberikan perlindungan langsung sementara tubuh mengembangkan respons imun terhadap vaksin.

Individu yang telah divaksinasi sebelumnya memerlukan protokol yang berbeda, yaitu hanya dua vaksin yang diberikan dengan jarak tiga hari. Mereka tidak memerlukan HRIG karena tubuh mereka dapat menghasilkan respons imun yang lebih cepat berkat vaksinasi sebelumnya.

Dosis pertama vaksin harus diberikan sesegera mungkin setelah terpapar, dengan dosis berikutnya mengikuti jadwal ketat pada hari ke-3, ke-7, dan ke-14. Dosis kelima tambahan mungkin direkomendasikan pada hari ke-28 bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Kapan Harus ke Dokter

Perawatan darurat segera sangat penting untuk gigitan parah, terutama yang terjadi di dekat kepala atau leher, atau paparan yang melibatkan hewan berisiko tinggi seperti kelelawar, rakun, sigung, atau rubah. Meskipun seseorang tidak yakin telah digigit, mereka harus segera mencari pertolongan medis. 

Pencegahan

Strategi pencegahan rabies yang penting meliputi:

  • Jaga agar vaksinasi hewan peliharaan tetap terkini, terutama untuk anjing dan kucing yang berusia di atas empat bulan
  • Hindari kontak dengan hewan liar atau hewan liar, terutama di daerah endemis rabies.
  • Jadikan properti tidak menarik bagi hewan liar dengan mengamankan tempat sampah dan menutup titik masuk
  • Segera cari pertolongan medis setelah potensi terpapar
  • Pertimbangkan vaksinasi pra-pajanan jika berada dalam pekerjaan berisiko tinggi

Kesimpulan

Rabies tetap menjadi salah satu penyakit paling mematikan yang diketahui dunia kedokteran, namun pemahaman yang tepat dan tindakan cepat dapat mencegah konsekuensi fatalnya. Penyakit ini membunuh hampir ribuan orang setiap tahunnya, menjadikan pencegahan dan kesadaran sebagai alat penting dalam memerangi virus ini.

Kemajuan medis telah membuat rabies dapat dicegah melalui vaksinasi yang tepat dan perawatan pascapaparan yang tepat waktu. Orang-orang harus mencuci gigitan hewan secara menyeluruh dengan sabun dan air hangat, segera mencari pertolongan medis, dan mengikuti jadwal vaksinasi yang ditentukan. Langkah-langkah sederhana ini, dikombinasikan dengan vaksinasi hewan peliharaan dan menghindari kontak dengan hewan liar, dapat mencegah sebagian besar kasus rabies.

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Apa yang terjadi bila Anda terkena rabies?

Virus rabies bergerak perlahan melalui sel-sel saraf untuk mencapai otak. Individu yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun selama masa inkubasi, yang biasanya berlangsung 2-3 bulan. Setelah virus mencapai otak, virus tersebut menyebabkan peradangan, yang mengakibatkan gejala neurologis jika tidak diobati.

2. Bagaimana rabies mempengaruhi tubuh Anda?

Virus ini terutama menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan kerusakan progresif. Efeknya meliputi:

  • Gejala awal seperti flu
  • Kerusakan saraf di lokasi gigitan
  • Peradangan otak
  • Perubahan perilaku
  • Kelumpuhan progresif

3. Hewan apa yang paling mungkin menularkan penyakit rabies kepada Anda?

Secara global, anjing bertanggung jawab atas 99% penularan rabies pada manusia. Rakun, kelelawar, dan rubah merupakan pembawa utama di wilayah seperti Amerika. Rakun tetap menjadi hewan rabies yang paling sering dilaporkan, terutama di wilayah tenggara dan timur laut. 

4. Apa yang terjadi jika Anda terkena rabies?

Tanpa pengobatan virus rabies, virus ini menyebabkan peradangan otak yang fatal dan saraf tulang belakangPenyakit ini berkembang melalui beberapa fase, dari gejala awal seperti flu hingga rabies yang ganas atau lumpuh. Begitu gejalanya muncul, kondisi ini hampir selalu berakibat fatal.

5. Kapan harus mengambil vaksin rabies?

Vaksinasi harus dimulai segera setelah potensi paparan virus. Perawatan pascapaparan mencakup empat dosis selama dua minggu untuk individu yang sebelumnya belum divaksinasi. Bagi mereka yang sebelumnya telah divaksinasi, hanya diperlukan dua dosis.

6. Mengapa penyakit rabies tidak dapat disembuhkan?

Virus rabies menjadi tidak dapat diobati setelah mencapai otak karena dilindungi oleh sawar darah-otak (BBB). Mekanisme pertahanan alami ini mencegah obat-obatan mencapai virus, sehingga penyakit ini fatal setelah gejalanya muncul.

Hubungi Kami


+91
* Dengan mengirimkan formulir ini, Anda setuju untuk menerima komunikasi dari CARE Hospitals melalui panggilan, WhatsApp, email, dan SMS.

Masih ada pertanyaan?

Telepon

+ 91-40-68106529

Temukan Rumah Sakit

Perawatan di dekat Anda, Kapan Saja