icon
×

Digital Media

16 Juni 2024

Pakar mengungkapkan, menyalakan lilin beraroma dapat mengganggu hormon; berikut beberapa alternatif yang lebih aman.

Merencanakan makan malam romantis dengan cahaya lilin untuk kekasih Anda? Atau sekadar ingin menikmati malam yang tenang di rumah, membaca buku yang bagus, dan bersantai di bawah hangatnya lilin aromaterapi? Tanpa disadari, Anda mungkin sedang menghancurkan diri sendiri. Lilin-lilin aromaterapi ini melepaskan racun yang mengancam kesehatan Anda dengan cara yang tak terbayangkan. Mari kita cari tahu caranya.

Lilin aroma diketahui melepaskan partikel ke udara yang kita hirup, terutama di dalam ruangan. Menurut penelitian yang dilakukan, menyalakan lilin aroma dapat mengganggu hormon karena adanya ftalat dalam wewangian yang digunakan dalam pembuatan lilin,” ujar Dr. Srinivas Kandula, Konsultan Endokrinologi, CARE Hospitals, Banjara Hills.

"Bahan kimia ftalat ini digunakan dalam lilin untuk memberikan aroma yang tahan lama dan meningkatkan fleksibilitas plastik. Ftalat diketahui dapat mengganggu hormon, yang dapat menyebabkan konsekuensi serius seperti penurunan kesuburan dan kanker," ujarnya.

Lilin aromaterapi juga mengandung turunan kimia seperti parafin, paraben, dan komponen sintetis lainnya yang dapat memengaruhi hormon, tambah Dr. Kandula.

Tindakan pencegahan apa yang dapat diambil?

Dr. Kandula menyarankan untuk memilih ruangan berventilasi baik saat menyalakan lilin. "Ketika lilin digunakan di dalam ruangan atau di ruang tertutup, kita lebih rentan menghirup racun yang terkandung di dalamnya," ujarnya.

Dengan membatasi frekuensi penggunaan, krisis dapat dihindari. Ia menyarankan untuk tidak menyalakan lilin aromaterapi setiap hari.

Dr. Kandula menganjurkan untuk memilih wewangian alami daripada lilin yang mengandung wewangian sintetis.

"Jangan biarkan lilin menyala terlalu lama atau semalaman, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak dan benda-benda mudah terbakar di rumah. Selalu potong sumbu sebelum menyalakan lilin. Ini dapat membantu mencegah pembentukan jelaga, alias residu hitam yang tertinggal di udara," tegasnya.

Apakah ada alternatif non-toksik yang lebih aman?

Dr. Kandula menganggap penting untuk memilih alternatif yang tidak beracun dan tidak membahayakan kesehatan Anda.

"Kita bisa memilih lilin yang terbuat dari lilin lebah. Pilihan lain untuk lilin non-toksik bisa dibuat dari lilin kedelai. Belakangan ini, lilin kelapa juga semakin populer. Lilin ini memiliki risiko kesehatan yang relatif lebih rendah dibandingkan lilin yang dibuat dengan bahan kimia," ujarnya.

Soal wewangian, ia merekomendasikan penggunaan minyak esensial alami. Selain itu, memperhatikan bahan-bahan yang terkandung dalam lilin dapat membantu mengurangi risiko reaksi alergi.

"Anda bisa menyalakan lilin 2 atau 3 kali seminggu. Dalam sebulan, tidak disarankan menyalakan lilin aromaterapi lebih dari 12 kali," ujar dokter tersebut.

Menurutnya, faktor-faktor seperti lamanya lilin menyala, bahan yang digunakan pada lilin, jenis ruang yang digunakan untuk membakar lilin berperan penting dalam menentukan faktor risiko kesehatan.

“Jika di rumah ada orang yang sensitif dengan asma, anak kecil, atau hewan peliharaan, penting untuk berhati-hati dan tidak terlalu sering menggunakan lilin,” ujarnya.

Tautan Referensi

https://indianexpress.com/article/lifestyle/health/scented-candles-disrupt-hormones-expert-tips-9391965/