icon
×

Bruxisme

Bruxism adalah kondisi gigi umum yang menarik minat para ilmuwan dan dokter dari berbagai bidang, seperti dokter, dokter gigi, spesialis orofasial, dan ahli sarafBanyak orang tidak menyadari bahwa mereka mengalami bruksisme hingga mereka mengalami gejala atau dokter gigi mereka melihat tanda-tanda kerusakan pada gigi mereka. Blog ini membahas gejala, penyebab, dan pengobatan bruksisme. Blog ini juga membahas alasan beberapa orang menggeretakkan gigi di malam hari, kemungkinan penyebab bruksisme, dan berbagai cara untuk mengobati dan mencegah kondisi ini.

Apa itu Bruxisme?

Bruxism adalah kondisi orofasial umum yang ditandai dengan kebiasaan menggertakkan, mengatupkan, atau menggeretakkan gigi secara tidak sadar. Perilaku ini biasanya terjadi secara tidak sadar dan dapat terjadi saat terjaga maupun tidur.

  • Bruxism saat terjaga (AB), yang terjadi pada siang hari, melibatkan mengepalkan atau menggertakkan gigi dan rahang secara tidak sadar saat seseorang terjaga dan waspada. 
  • Bruxism tidur (SB), yang terjadi pada malam hari, lebih lazim dan telah dipelajari lebih luas daripada kejadian pada siang hari.

Bruksisme melibatkan kontraksi ritmis otot-otot masseter, yang berperan dalam mengunyah. Kontraksi ini sering kali disertai dengan gertakan gigi dan dorongan mandibula. Selama episode bruksisme tidur (bruksisme nokturnal), seseorang dapat menekan gigi hingga 250 kg, yang dapat menyebabkan kerusakan gigi yang signifikan seiring waktu. Bruksisme di malam hari biasanya terjadi pada tahap awal tidur, terutama selama tahap 1 dan 2 tidur non-REM. 

Prevalensi bruksisme bervariasi di berbagai kelompok usia. Bruksisme saat tidur paling umum terjadi pada anak-anak dan remaja, memengaruhi 15% hingga 40% anak-anak, sementara 8% hingga 10% orang dewasa mengalaminya. Di sisi lain, bruksisme saat terjaga memengaruhi 22.1% hingga 31% populasi.

Gejala Umum Bruxism

Bruksisme memiliki berbagai gejala yang dapat memengaruhi kesehatan mulut dan kesejahteraan secara keseluruhan. Banyak orang dengan kondisi ini mungkin tidak menyadari kebiasaan menggertakkan gigi mereka, terutama jika terjadi saat tidur. Namun, tanda-tanda tertentu dapat mengindikasikan bruksisme, seperti:

  • Mengepalkan dan Menggertakkan Gigi Secara Tidak Sengaja: Perilaku ini biasanya terjadi dalam episode-episode singkat yang berlangsung hingga beberapa detik. Frekuensi episode ini dapat bervariasi, dan kebiasaan menggertakkan gigi mungkin tidak terjadi setiap malam.
  • Rasa sakit: Orang yang menderita bruxism kerap merasakan nyeri pada wajah, leher, dan bahu. 
  • Ketidaknyamanan Rahang: Hal ini umum terjadi dan dapat menyebabkan gangguan temporomandibular (TMD).
  • Sakit Kepala di Pagi Hari: Ini sakit kepala sering kali terasa seperti sakit kepala tegang dan dapat berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari.
  • Masalah gigi: Gigi yang aus atau patah, meningkatnya sensitivitas, serta hilangnya gigi dan tambalan merupakan akibat yang umum terjadi. 
  • Gejala lain: Ini termasuk sakit telinga, tinnitus (telinga berdenging), dan tidur terganggu. 

Penyebab dan Faktor Risiko Bruxism

Bruxism tidak memiliki penyebab tunggal yang spesifik. Sebaliknya, bruxism melibatkan banyak faktor, termasuk komponen fisiologis, psikologis, dan genetik. 

  • Stres dan Kecemasan: Orang yang mengalami depresi atau gangguan kecemasan umum cenderung menggertakkan dan menggertakkan gigi di malam hari atau mengatupkan rahang di siang hari.
  • Obat-obatan: Obat-obatan tertentu, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), juga dapat memicu bruxism sebagai efek samping.
  • Kondisi medis: Bruxism dapat terlihat pada beberapa gangguan kesehatan mental dan medis, seperti gangguan refluks gastroesofageal (GERD), penyakit Parkinson, singkat akal, epilepsi, teror malam, dan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD).
  • Gangguan tidur: Kondisi seperti sleep apnea memiliki hubungan kuat dengan bruxism. 
  • Kebiasaan Gaya Hidup: Merokok, minum alkohol, dan mengonsumsi kafein dalam jumlah besar dapat melipatgandakan risiko gigi bergemeretak.
  • Jenis Kepribadian: Individu yang agresif, kompetitif, atau hiperaktif mungkin lebih rentan terhadap bruxism. 
  • Umur: Bruxism dapat berkembang pada usia berapa pun tetapi lebih umum terjadi pada anak kecil dan remaja.
  • Sejarah keluarga: Bruxism saat tidur atau nokturnal cenderung terjadi dalam keluarga. 

Komplikasi

Bruxism dapat mengakibatkan berbagai komplikasi yang memengaruhi kesehatan mulut dan kesejahteraan secara keseluruhan, termasuk:

  • Kerusakan Gigi: Seiring waktu, kebiasaan menggertakkan dan mengatupkan gigi secara terus-menerus dapat menyebabkan gigi menjadi aus, rata, atau bahkan terkelupas. Keausan ini dapat meningkatkan sensitivitas gigi, terutama terhadap suhu panas dan dingin, karena lapisan pelindung email gigi terkikis.
  • Gangguan sendi temporomandibular (TMJ): Orang yang mengalami bruxism mungkin mengalami kekakuan dan nyeri rahang, kesulitan membuka dan menutup mulut, serta mendengar bunyi klik atau letupan saat menggerakkan rahang. 
  • Gangguan Tidur: Banyak orang dengan kondisi ini melaporkan kesulitan tidur, sering terbangun, dan merasa kurang segar di pagi hari. Hal ini dapat menyebabkan kantuk di siang hari, gangguan fungsi kognitif, dan penurunan kinerja akademik atau pekerjaan.
  • Rasa sakit: Tekanan pada otot wajah akibat bruxism dapat mengakibatkan sakit kepala kronis, sakit telinga, dan nyeri wajah. 
  • Kerusakan Gigi Tiruan: Bruxism dapat merusak perawatan gigi seperti mahkota, tambalan, dan implan, sehingga memerlukan penggantian dan prosedur gigi tambahan yang sering.

Diagnosa

  • Riwayat Medis dan Pemeriksaan Mulut: Dokter gigi memainkan peran penting dalam mendiagnosis bruksisme. Mereka mungkin menanyakan gejala-gejala seperti nyeri rahang di pagi hari, sakit kepala, atau rahang terkunci. Mereka akan menanyakan tentang kualitas tidur, riwayat keluarga, dan faktor risiko seperti stres, kecemasan, atau penggunaan obat-obatan. Selama pemeriksaan gigi rutin, mereka memeriksa gigi untuk mencari tanda-tanda keausan, seperti ujung gigi yang rata atau gigi yang patah. Kelainan gigi ini dapat menjadi indikator awal bruksisme. 
  • Sinar X: Sinar-X gigi dan maksilofasial juga dapat menilai kerusakan pada gigi dan struktur tulang di bawahnya.
  • Studi Tidur: Dokter terkadang merekomendasikan studi tidur (polisomnografi). Tes ini merekam gelombang otak, detak jantung, dan pola pernapasan saat tidur. Meskipun tidak selalu diperlukan untuk mendiagnosis bruksisme saja, tes ini dapat membantu mengidentifikasi gangguan tidur terkait seperti apnea tidur

Perawatan untuk Bruxism

Perawatan bruxism berfokus pada pencegahan kerusakan gigi lebih lanjut dan meredakan gejala yang menyertainya. Berbagai pendekatan tersedia, termasuk:

  • Intervensi Gigi: Pendekatan gigi sering kali menjadi lini pertama perawatan bruxism. 
    • Dokter gigi mungkin menyarankan belat atau pelindung mulut, yang dirancang untuk menjaga gigi tetap terpisah dan melindunginya dari kerusakan akibat mengatup dan menggertakkan gigi. 
    • Dalam kasus yang parah, koreksi gigi mungkin diperlukan, termasuk membentuk kembali permukaan kunyah atau menggunakan mahkota untuk memperbaiki kerusakan.
  • Teknik Perilaku: 
    • Teknik manajemen stres, seperti yoga, meditasi, dan mengeksplorasi hobi.
    • Biofeedback, suatu metode yang menggunakan peralatan pemantauan untuk mengajarkan pengendalian aktivitas otot di rahang, dapat bermanfaat bagi mereka yang kesulitan mengubah kebiasaannya.
  • Obat-obatan: 
    • Relaksan otot yang diminum sebelum tidur selama periode singkat dapat membantu. 
    • Pada kasus yang sulit disembuhkan, obat-obatan seperti antidepresan atau anti-kecemasan mungkin digunakan.
    • Suntikan toksin botulinum pada otot masseter dan temporal setiap enam bulan dapat meringankan pasien dengan bruxism parah.

Kapan Harus ke Dokter

Anda harus menemui dokter gigi jika mengalami nyeri rahang yang terus-menerus, ketidaknyamanan wajah, atau nyeri telinga. Gejala-gejala ini bisa jadi merupakan tanda-tanda bruxism atau gangguan sendi temporomandibular terkait. Selain itu, jika pasangan Anda memperhatikan Anda menggertakkan gigi saat tidur, saatnya berkonsultasi dengan dokter gigi profesional.

Dalam beberapa kasus, Anda mungkin dirujuk ke terapis atau konselor jika faktor psikologis diduga berperan dalam bruxism Anda. 

Pencegahan

Mencegah bruxism melibatkan kombinasi perubahan gaya hidup dan tindakan proaktif. Ini termasuk:

  • Mengenakan pelindung mulut di malam hari  
  • Mempraktikkan teknik relaksasi sebelum tidur dapat membantu meredakan ketegangan yang sering menyebabkan gigi bergemeletuk. 
  • Olahraga teratur membantu mengurangi tingkat stres dan dapat membantu mencegah bruxism.
  • Menjaga kebersihan tidur yang baik sangatlah penting. Tetapkan jadwal tidur yang konsisten & ciptakan lingkungan kamar tidur yang menenangkan. Ini bisa termasuk mandi air hangat, mengompres rahang dengan bantal pemanas, atau minum teh herbal bebas kafein untuk merelaksasi otot-otot wajah.
  • Berlatihlah dengan penuh kesadaran dan periksa secara berkala apakah Anda merasakan ketegangan pada rahang Anda. 
  • Hindari mengunyah benda-benda yang bukan makanan seperti tutup pulpen atau es, karena kebiasaan ini dapat memperkuat kebiasaan mengatupkan rahang. Saat bruksisme Anda kambuh, hindari makanan kenyal yang membutuhkan gerakan rahang berlebihan.

Kesimpulan

Bruksisme adalah kondisi gigi kompleks yang memengaruhi kehidupan banyak orang. Mengatasi bruksisme seringkali membutuhkan berbagai pendekatan. Pendekatan ini dapat mencakup penggunaan pelindung mulut, mengelola stres, dan terkadang mengonsumsi obat. Mengambil tindakan sejak dini dapat melindungi gigi Anda dan meningkatkan kesehatan Anda secara keseluruhan.

Pertanyaan Umum (FAQ)

1. Bisakah bruxism dihentikan secara alami?

Ada beberapa cara alami untuk mengatasi bruksisme. Teknik pereda stres seperti latihan pernapasan dalam dapat membantu merelaksasi otot rahang. Menjaga kebersihan tidur yang baik, menghindari kafein dan alkohol sebelum tidur, serta melakukan latihan rahang juga dapat bermanfaat. 

2. Apakah bruxism bisa hilang?

Bruxism di malam hari tidak selalu hilang dengan sendirinya, terutama pada orang dewasa. Pada anak-anak, kondisi ini seringkali membaik seiring bertambahnya usia. Mengatasi penyebab yang mendasarinya seperti stres atau gangguan tidur dapat membantu mengurangi gejala pada orang dewasa. Namun, penanganan jangka panjang mungkin diperlukan dalam banyak kasus.

3. Apa penyebab utama bruxism?

Penyebab pasti bruksisme belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor dapat berkontribusi. Stres dan kecemasan adalah penyebab paling umum. Gangguan tidur, obat-obatan tertentu, dan kebiasaan gaya hidup seperti merokok atau konsumsi kafein berlebihan juga dapat berperan. Gigi yang tidak sejajar atau masalah rahang terkadang dapat menyebabkan bruksisme di malam hari.

4. Apakah bruxism serius?

Meskipun tidak mengancam jiwa, bruxism dapat menyebabkan masalah gigi dan kesehatan serius jika dibiarkan. Bruxism dapat mengakibatkan kerusakan gigi yang signifikan, nyeri rahang, sakit kepala, dan bahkan gangguan sendi temporomandibular. Menggertakkan gigi secara terus-menerus dapat mengikis email gigi, meningkatkan sensitivitas gigi, dan berpotensi menyebabkan hilangnya struktur gigi. 

5. Kekurangan apa yang menyebabkan bruxism?

Penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan antara Kekurangan vitamin D dan bruksisme. Kadar vitamin D yang rendah dapat mengganggu homeostasis kalsium, memengaruhi fungsi neuromuskular, dan berpotensi menyebabkan kejang otot. Kekurangan magnesium juga dikaitkan dengan peningkatan ketegangan otot dan bruksisme. 

Hubungi Kami


+91
* Dengan mengirimkan formulir ini, Anda setuju untuk menerima komunikasi dari CARE Hospitals melalui panggilan, WhatsApp, email, dan SMS.

Masih ada pertanyaan?

Telepon

+ 91-40-68106529

Temukan Rumah Sakit

Perawatan di dekat Anda, Kapan Saja