Saroglitazar adalah penghambat reseptor proliferator peroksisom (PPAR) yang digunakan untuk mengelola dan mengendalikan kolesterol tinggi pada orang dengan diabetes (dislipidemia diabetik). Ini membantu mengelola kolesterol tinggi, terutama trigliserida, dan kadar glukosa darah tinggi pada orang dengan diabetes tipe 2Saroglitazar adalah sensitizer insulin dan obat pertama di kelasnya yang bertindak sebagai agonis PPAR ganda pada subtipe α (alfa) dan γ (gamma) dari PPAR.
Fungsi utama saroglitazar adalah mengelola dislipidemia (peningkatan kadar lipid darah) pada pasien diabetes melitus tipe 2. Mekanisme kerja gandanya menargetkan kelainan lipid dan glukosa, menjadikannya pilihan terapi yang berharga. Kegunaan utama saroglitazar meliputi:
Kebanyakan dokter merekomendasikan dosis 4 mg per hari, diminum sebelum makan pertama. Saroglitazar tersedia dalam bentuk tablet salut selaput, masing-masing mengandung 4 mg atau 2 mg bahan aktif.
Saroglitazar umumnya ditoleransi dengan baik; sebagian besar pasien tidak mengalami efek samping yang signifikan jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan. Namun, berikut ini beberapa efek samping yang umum terjadi:
Umumnya, saroglitazar tidak menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah rendah). Namun, pada beberapa pasien, episode hipoglikemia dapat terjadi, sehingga memerlukan penyesuaian dosis insulin harian di bawah bimbingan dokter konsultan.
Saat mengonsumsi saroglitazar, penting untuk mempertimbangkan tindakan pencegahan berikut:
Obat ini merupakan agonis reseptor proliferator-aktif peroksisom (PPAR) ganda, yang berarti mengaktifkan reseptor PPAR-α dan PPAR-γ. Mekanisme kerja ganda ini memungkinkan saroglitazar memberikan efek terapeutiknya pada lipid dan glukosa. metabolisme:
Saroglitazar berpotensi berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, dan penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsinya bersamaan dengan obat lain. Berikut beberapa pertimbangan penting terkait penggunaan Saroglitazar bersamaan dengan obat lain:
Dokter umumnya merekomendasikan 4 mg per hari, diminum sebelum makan pertama. Saroglitazar tersedia dalam bentuk tablet tanpa lapisan, masing-masing mengandung 4 mg atau 2 mg bahan aktif. Sangat penting untuk mengonsumsi Saroglitazar sesuai anjuran dokter dan mengikuti dosis yang dianjurkan.
Saroglitazar umumnya dianggap aman dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Beberapa efek samping ringan antara lain lemas, demam, radang lambung, mual, muntah, nyeri dada, pusing, gastritis, astenia (kekurangan kekuatan atau energi), dan pireksia (demam). Namun, efek samping ini biasanya ringan dan dapat diatasi.
Ya, saroglitazar telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam penanganan penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD) & steatohepatitis non-alkohol (NASH). Studi telah menunjukkan bahwa saroglitazar dapat meningkatkan enzim hati, mengurangi kadar lemak hati, dan mengurangi kekakuan hati pada pasien NAFLD dan NASH.
Dokter Anda biasanya menentukan durasi pengobatan saroglitazar berdasarkan kondisi dan respons pengobatan Anda.
Saroglitazar umumnya tidak menimbulkan efek samping pada fungsi ginjal atau kerusakan ginjal. Namun, sebagai tindakan pencegahan, dokter tetap berhati-hati saat memulai pengobatan saroglitazar pada pasien dengan fungsi ginjal abnormal.
Saroglitazar sendiri biasanya tidak menyebabkan hipoglikemia (kadar gula darah rendah). Namun, pada beberapa pasien yang mengonsumsi sulfonilurea atau insulin Untuk manajemen diabetes, episode hipoglikemia dapat terjadi. Dalam kasus seperti itu, dosis insulin harian mungkin perlu disesuaikan di bawah bimbingan dokter.
Saroglitazar terutama digunakan untuk mengelola dislipidemia diabetik dan hipertrigliseridemia pada pasien diabetes tipe 2. Meskipun obat ini terutama menargetkan kadar lipid dan glukosa, beberapa pasien mungkin mengalami penurunan berat badan sebagai efek samping. Namun, penurunan berat badan bukanlah fungsi utamanya.
Dokter umumnya menyarankan untuk mengonsumsi tablet Saroglitazar sebelum makan pertama. Namun, penting untuk mematuhi anjuran dokter dan mengonsumsi Saroglitazar sesuai resep tanpa menyesuaikan dosis atau menghentikan pengobatan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu.